Hai Separuhku

Sejenak
hujan menyadarkan lamunanku. Iya inilah yang sesungguhnya, aku berdiri di
tepian jalan berliku sendirian. Mencoba menerka arah yang akan kuambil. Penunjuk
arahku tiada.... entahlah sudah berapa lama dia tak menanyakan keberadaan dan
perasaanku. Aku yang tiada paham hubungan macam apa ini. Aku yang seringkali
tertawa sendiri membuka memo lusuh manis beberapa bulan silam. Aku yang seringkali
merindui setiap ucap kata yang pernah menghentikan laju nafasku, yang membuat
gempa bumi pribadi. Aku yang seringkali menumpahkan air yang mendesak keluar
dari mataku untuk menemukan kebahagiaanku akan engkau.
Separuhkuu
...
Aku
hanya ingin tahu kau baik – baik saja. Berbagilah denganku kapanpun kau mau,
sungguh telinga dan hati ini tidak hanya tersedia kala kau membawa berita
gembira. Justru kukuatkan dan kusiapkan segalanya
untuk menampung dan mengganti semangatmu yang hilang. Seburuk apapun harimu,
ingatlah bahwa aku mencintaimu.
Separuhkuu..
Aku
tiada pernah ingin tergesa untuk memiliki mu, karena aku sangat paham bahwa kau
seorang laki – laki pastilah memiliki target hidup, dan itupun juga untukku. Kau
harus tahu, bahwa ada aku yang sedang menggenggam bara rindu, aku yang
menggenggam tajamnya cinta akan engkau. Jangan
kau memilih untuk memberikan bara api dan tajamnya pisau.
Separuhkuu...
Sesungguhnya
hatiku hanya ingin berucap aku sangat merindukanmu, aku sangat
mengkhawatirkanmu. Meski kutahu takdir kita tak pasti, namun dalam keadaan
demikian aku masih ingin berjodoh denganmu.