Hati untuk Pribumi
Antika Dewi Amanda
“come on dear, hurry up”, teriak Mr
John. Segera terdengar langkah kaki dari ibu dan anak yang tergesa – gesa.
“ayo kita pergi “, Audrey mencoba
berbahasa Indonesia hasil kursusnya selama 2 bulan sebelum keberangkatannya
hari ini.
Setibanya di bandara, mereka segera
bergegas menuju pintu pesawat. Terbayang di benak Audrey, Indonesia sebuah
negara yang hijau terkenal sebagai paru – paru dunia. Audrey akan berada di
Jakarta Kedutaan Kanada pastinya. Mereka akan tinggal di rumah dinas ,sekaligus
ia diberi fasilitas rumah di daerah puncak, rumah yang dikelilingi perbukitan
indah dan terkenal sebagai daya tarik wisata disana. Audrey terbang dengan terlelap
bersama mimpi – mimpinya di Indonesia.
Tiba di Indonesia.Mr John akan
berangkat dengan mobil yang berbeda, karena ia harus langsung menuju istana
kenegaraan. Sedangkan Mama dan Audrey akan pergi ke puncak. Disepanjang
perjalanan ke puncak ia melihat hijaunya kebun teh dan perbukitan yang indah,
persis seperti keadaan rumah lamanya di Adelaide Australia.Turun dari mobil
Audrey langsung berlari melihat sekeliling. Mrs Cloe sudah berteriak memintanya
kembali, namun percuma saja Audrey kecil tetap berlari.
Tiba - tiba “aaaaaa aauu aaaaa,”
audrey berteriak karena ia terperosok jauh rupanya kemarin baru turun hujan.
“Sini tangan mu!! cepat sini!!,”
suara anak lelaki itu menyadarkan Audrey, tangan kecilnya terjulur untuk
menolong Audrey. Dengan susah payah ia menarik Audrey dari lubang yang cukup
dalam, hingga ia harus jatuh ke belakang dan belepotan tanah perkebunan.
“Terimakasih”, ucap Audrey dengan
bahasa Indonesia yang logatnya masih sedikit berbeda. “Kamu siapa ? tau jalan
pulang?”, anak lelaki itu tak kalah herannya, kenapa ada bule di desanya,
sangat jarang sekali. Mereka saling berkenalan, anak lelaki itu bernama Galang,
kulitnya yang coklat dan matanya yang hitam membuat Audrey merasa dia Istimewa.
Galang menggandeng tangan Audrey, ia tidak mau kalau gadis kecil itu nanti
terperosok kembali ke dalam lubang.
Sepanjang perjalanan Galang tidak
pernah melepas tangan Audrey, kerena jalan sangat licin, mereka harus bekerja
sama menjaga keseimbangan. Sampai dirumah Audrey, Mrs Cloe langsung menyambut
Audrey dengan wajah cemas, ia berterimakasih kepada Galang.
Keesokan harinya Audrey sudah harus
bersekolah di SD dekat desanya itu, ia diantar oleh sopir pribadi, di jalan
terlihat Galang sedang memacu sepedanya, ia juga bersekolah di tempat yang sama
dengan Audrey. Di sekolah, gadis itu masih merasa asing.
“Hai, kamu ngga mau makan?, ini aku
bawa pisang rebus. Galang menyodorkan pisang rebus yang ia bawa dari rumah.
Audrey tampaknya menyukai pisang itu. Gadis itu sering menyendiri karena teman
– teman satu kelasnya menganggap ia berbeda, kadang ia di panggil “bule pucat”.
Entah apa itu maksudnya, ia belum begitu fasih berbahasa Indonesia yang ia
tangkap adalah rasa enggan, itu tersirat di wajah mereka. Sempat Audrey di
jahili oleh teman sekelasnya, salah satu sepatunya disangkutkan ke atas pohon.
Audrey kebingungan harus mengambil sepatunya, karena ia memakai rok , tidak
mungkin kalau ia harus memanjat. Ia menangis terisak di bawah pohon itu,
menelungkupkan wajahnya ke kedua lututnya.
“ Audrey, ini sepatumu. Sudah jangan
menangis kau pakailah dulu sepatu ini!”, audrey tersadar oleh Galang. Galang
menarik tangan Audrey dan membawanya ke kelas. Tak disangka ia memarahi semua
teman kelasnya ia mengatakan kalau berteman tidak memandang asal - usul, yang
penting mereka baik. Audrey berlari keluar kelas.
“ Audrey hei, kemana kau...Audrey!!”,
Galang memanggi Audrey.Galang mencari – cari Audrey, ternyata ia sedang di
ayunan belakang kelas, wajahnya terlihat murung.
“Kau jangan takut, bagiku kau seperti
matahari, kau coba dekati mereka, mereka akan tau kalau kau orang baik.
Senyumlah kau nona matahari. “Galang menasehati Audrey
“ apa kau bilang?? Nona matahari??,”Audrey
tak mengerti.
Senyum tergambar di wajah Galang,”ya
, kau tentu secerah itu Audrey”. Ia kemudian percaya diri untuk bergaul dengan
teman – temannya di sekolah. Hari - hari mereka habiskan berdua, bermain dan
bermain. Perasaan yang hinggap adalah rasa sayang dan saling membutuhkan. Cemburu
ketika Galang bersama teman yang lain.
Begitulah yang ia ingat saat ini, ia
harus kembali ke kanada ketika usia mereka menginjak 15 tahun. Sejak itulah
mereka berpisah, namun tetap saling memberi kabar entah melalui surat dan
email. Seorang pribumi yang mampu membawa masa kecil di negara asing menjadi
sebuah cerita. Cintamasa muda ,hati telah hilang karena ia telah diberikan.
Hati itu untuk pribumi.