Jogja
Kasihku Berlabuh
Antika
Dewi Amanda
Suasasna
kota Jogjakarta yang bermasyarakat, menghangatkan perasaan Nimas. Seorang gadis
Jakarta yang tengah beribur di kampung halaman kakek dan neneknya. Sebagai cucu
keluarga keturunan ningrat , Nimas tergolong gadis modern, berpendidikan dan
cerdas. Nimas lebih memilih kuliah di Adelaide Australia mengambil jurusan
bisnis. Pilihan Nimas untuk berkuliah di Adelaide sempat menjadi pertentangan,
namun Nimas selalu menyakinkan orang tua beserta kakek dan neneknya itu. Ia berjanji
akan mengunjungi mereka ketika liburan.
Di Adelaid
ada satu orang Indonesia yang menjadi sahabatnya. Dirga,lelaki tampan,baik dan
berwibawa, ia juga mengambil jurusan Bisnis. Dirga banyak membantu Nimas untuk beradaptasi.
Maklum,Dirga dua tahun lebih tua dan sudah lebih lama tinggal di Adelaid.
Pernahpada hari pertama Nimas di Adelaidekesulitan mencari makan ,kemudian ia datang
ke apartemen tempat Dirga tinggal dan berkata bahwa ia sedang kelaparan. Dirga
tertawa mendengar ceritanya dan menyuruh Nimas menunggu. KemudianDirga memasak
untuk mereka berdua. Sejak itu Nimas merasa setiap ada kesulitan,ia juga sering
melihat Dirga disekitarnya. Yah untunglah ada Dirga.
Memakai
celana jeans dengan atasan kaos oblong di balut kemeja kotak – kotak berwarna
merah menjadikan gadis ini terlihat sportif dan cantik tentunya. Wajah khas
orang jawa masih terlihat, alis dan hidung yang sempurna menambah
kecantikannya. Ia kini sedang berjalan – jalan di Malioboro,memfoto sana sini
dengan kamera pentaxnya. Sambil terus berjalan menikmati sejuknya aroma
dedaunan yang terlihat di sepanjang jalan kawasan Malioboro. Setelah puas
berjalan – jalan,Nimas menghubungi rumah kakeknya untuk meminta dijemput.Sekitar
15 menit Nimas menunggu jemputan sambil menyeruput es yang ia beli di pinggir
jalan akhirnya pak Unang datang. Sesampainya dirumah Nimas langsung disambut
oleh kanjeng romo dan kanjeng putri.Nimas langsung mencium tangan kanjeng romo
dan kanjeng putri.
Sekarang
Nimas tengah makan malam bersama kakek neneknya. Kanjeng putri mulai membuka
pembicaraan ,“Nimas, besok kita akan melakukan jamuan makan dengan keluarga
calon suamimu”, pernyataan kanjeng putri membuat tenggorokan Nimas tiba – tiba
seret. Nimas meneguk air putih yang ada di depannya.
“Tapi
kanjeng putri,..”, belum sempat Nimas menyelesaikan sanggahannya. Kanjeng putri
langsung meninggalkan ruang makan,kanjeng romo menyusulnya.
Denting
jam kamar yang semakin lantang terdengar ,menambah kegusaran hatinya. Hingga
tengah malam Nimas masih sulit untuk terpejam, dengan ditemani alunan gending
jawa yang diputar dari kamar kakek dan neneknya setiap malam.Nimasberusaha
menyakinkan dirinya bahwa tanpa pertimbangan matang tentunya kanjeng putri tidak
akan bersikap sekeras itu.
Keesokan
harinya , Nimas menuju kamar kanjeng putri berniat untuk meminta maaf. Keadaan
sudah kembali seperti semula, rencana memperkenalkan Nimas dengan calon pilihan
kanjeng putri sudah ditentukan , malam ini tepat pukul delapan. Hati Nimas
risau menjelang pertemuan penting ini. Dibalut gaun panjang selutut berwarna
hijau tosca dengan sedikit sentuhan renda di dada menambah kesan simple dan anggun.
Rambut Nimas diuraikan begitu saja dan ia memasangkan pita kecil berbentuk
bunga dengan warna senada membuat ia bak ratu semalam. Mereka berangkat dengan
limousin putih menuju restaurant tempat pertemuan. Stilletto Nimas menapaki
lantai restaurant mengikuti kanjengromo yang sudah jalan lebih dulu. Jantungnyasemakin
berdebar karena di meja yang dituju itu terlihat sepasang orang tua dan ada seorang
lelaki yang membelakangi arah pandang Nimas.
“Itukah
dia? bagaimana kalau aku tidak menyukainya ?”, pertanyaan itu merasuki benak Nimas.
Ia tidak berani memandang lelaki itu.
Setelah
keluarga saling sapa dan duduk bersama, kanjeng romo memulai pembicaraan,“Nimas
kenalkan ini Dirga”. Nimas kaget dan langsung menoleh kearah lelaki itu. Dan
benar, dia Dirga sahabatnya.
Kemudian
kanjeng romo menjelaskan bahwa dulu mereka mengijinkan Nimas kuliah di Adelaide
setelah mengetahui Dirga juga berkuliah disana. Dirga memiliki nama panjang
Dirgantara Mahayudhadiningrat, merupakan keponakan Sultan. Kanjengromo yang
memang sejak awal merencanakan perjodohan ini semakin gembira, dan meminta
Dirga untuk mengawasi serta menjaga Nimas di Adelaide. Nimas mendengar hal itu
semakin heran , namun kini ia lega bahwa yang akan mendampinginya adalah orang
yang sudah sangat ia kenal sejak tiga tahun lalu.Nimaskembali melihat Dirga dan
tersenyum ,sebagai sahabat Nimas sering berlaku jahil, hingga hal – hal
memalukan yang pernah Nimas lakukan Dirga pun sudah tahu. Nimas tidak keberatan
karena dulu ia menganggap Dirga adalah sahabatnya.
Kenangan
Jogjakarta semakin tidak terlupa, menjalani adat menjelang pernikahan yang begitu
rumit , terlebih Dirga kerabat keraton. Sehingga pernikahan mereka menjadi
momen penting di willayah keraton. Karena dipingit, mereka menjadi kesulitan
untuk bertemu.Hari pernikahan tiba,pesta rakyat diadakan secara besar – besaran
dengan mengarak Nimas dan Dirgamenggunakankereta kencana serta membagikan
makanan diikuti oleh sejumlah prajurit dibelakangnya. Cerita yang berbeda akan
diulang dari nihil di kehidupan mereka. Kenyamanan terbentuk ketika mereka bersahabat,
kasih dan sayang tumbuh tatkala takdir mempertemukan yang jauh menjadi dekat.
Memutuskan persahabatan dan menggantikannya menjadi lebih kuat dengan
pernikahan yang mengikat.Di Jogja kasihku berlabuh.
0 komentar:
Posting Komentar