Jumat, 02 Oktober 2015

ini blog isinya cerita yang pernah saya ikutkan lomba tetapi belum berhasil hehehe,,,,
#this blog full with my story that i sending on competition but i have not be a winner....
Jogja Kasihku Berlabuh
Antika Dewi Amanda
Suasasna kota Jogjakarta yang bermasyarakat, menghangatkan perasaan Nimas. Seorang gadis Jakarta yang tengah beribur di kampung halaman kakek dan neneknya. Sebagai cucu keluarga keturunan ningrat , Nimas tergolong gadis modern, berpendidikan dan cerdas. Nimas lebih memilih kuliah di Adelaide Australia mengambil jurusan bisnis. Pilihan Nimas untuk berkuliah di Adelaide sempat menjadi pertentangan, namun Nimas selalu menyakinkan orang tua beserta kakek dan neneknya itu. Ia berjanji akan mengunjungi mereka ketika liburan.
Di Adelaid ada satu orang Indonesia yang menjadi sahabatnya. Dirga,lelaki tampan,baik dan berwibawa, ia juga mengambil jurusan Bisnis. Dirga banyak membantu Nimas untuk beradaptasi. Maklum,Dirga dua tahun lebih tua dan sudah lebih lama tinggal di Adelaid. Pernahpada hari pertama Nimas di Adelaidekesulitan mencari makan ,kemudian ia datang ke apartemen tempat Dirga tinggal dan berkata bahwa ia sedang kelaparan. Dirga tertawa mendengar ceritanya dan menyuruh Nimas menunggu. KemudianDirga memasak untuk mereka berdua. Sejak itu Nimas merasa setiap ada kesulitan,ia juga sering melihat Dirga disekitarnya. Yah untunglah ada Dirga.
Memakai celana jeans dengan atasan kaos oblong di balut kemeja kotak – kotak berwarna merah menjadikan gadis ini terlihat sportif dan cantik tentunya. Wajah khas orang jawa masih terlihat, alis dan hidung yang sempurna menambah kecantikannya. Ia kini sedang berjalan – jalan di Malioboro,memfoto sana sini dengan kamera pentaxnya. Sambil terus berjalan menikmati sejuknya aroma dedaunan yang terlihat di sepanjang jalan kawasan Malioboro. Setelah puas berjalan – jalan,Nimas menghubungi rumah kakeknya untuk meminta dijemput.Sekitar 15 menit Nimas menunggu jemputan sambil menyeruput es yang ia beli di pinggir jalan akhirnya pak Unang datang. Sesampainya dirumah Nimas langsung disambut oleh kanjeng romo dan kanjeng putri.Nimas langsung mencium tangan kanjeng romo dan kanjeng putri.
Sekarang Nimas tengah makan malam bersama kakek neneknya. Kanjeng putri mulai membuka pembicaraan ,“Nimas, besok kita akan melakukan jamuan makan dengan keluarga calon suamimu”, pernyataan kanjeng putri membuat tenggorokan Nimas tiba – tiba seret. Nimas meneguk air putih yang ada di depannya.
“Tapi kanjeng putri,..”, belum sempat Nimas menyelesaikan sanggahannya. Kanjeng putri langsung meninggalkan ruang makan,kanjeng romo menyusulnya.
Denting jam kamar yang semakin lantang terdengar ,menambah kegusaran hatinya. Hingga tengah malam Nimas masih sulit untuk terpejam, dengan ditemani alunan gending jawa yang diputar dari kamar kakek dan neneknya setiap malam.Nimasberusaha menyakinkan dirinya bahwa tanpa pertimbangan matang tentunya kanjeng putri tidak akan bersikap sekeras itu.
Keesokan harinya , Nimas menuju kamar kanjeng putri berniat untuk meminta maaf. Keadaan sudah kembali seperti semula, rencana memperkenalkan Nimas dengan calon pilihan kanjeng putri sudah ditentukan , malam ini tepat pukul delapan. Hati Nimas risau menjelang pertemuan penting ini. Dibalut gaun panjang selutut berwarna hijau tosca dengan sedikit sentuhan renda di dada menambah kesan simple dan anggun. Rambut Nimas diuraikan begitu saja dan ia memasangkan pita kecil berbentuk bunga dengan warna senada membuat ia bak ratu semalam. Mereka berangkat dengan limousin putih menuju restaurant tempat pertemuan. Stilletto Nimas menapaki lantai restaurant mengikuti kanjengromo yang sudah jalan lebih dulu. Jantungnyasemakin berdebar karena di meja yang dituju itu terlihat sepasang orang tua dan ada seorang lelaki yang membelakangi arah pandang Nimas.
“Itukah dia? bagaimana kalau aku tidak menyukainya ?”, pertanyaan itu merasuki benak Nimas. Ia tidak berani memandang lelaki itu.
Setelah keluarga saling sapa dan duduk bersama, kanjeng romo memulai pembicaraan,“Nimas kenalkan ini Dirga”. Nimas kaget dan langsung menoleh kearah lelaki itu. Dan benar, dia Dirga sahabatnya.
Kemudian kanjeng romo menjelaskan bahwa dulu mereka mengijinkan Nimas kuliah di Adelaide setelah mengetahui Dirga juga berkuliah disana. Dirga memiliki nama panjang Dirgantara Mahayudhadiningrat, merupakan keponakan Sultan. Kanjengromo yang memang sejak awal merencanakan perjodohan ini semakin gembira, dan meminta Dirga untuk mengawasi serta menjaga Nimas di Adelaide. Nimas mendengar hal itu semakin heran , namun kini ia lega bahwa yang akan mendampinginya adalah orang yang sudah sangat ia kenal sejak tiga tahun lalu.Nimaskembali melihat Dirga dan tersenyum ,sebagai sahabat Nimas sering berlaku jahil, hingga hal – hal memalukan yang pernah Nimas lakukan Dirga pun sudah tahu. Nimas tidak keberatan karena dulu ia menganggap Dirga adalah sahabatnya.
Kenangan Jogjakarta semakin tidak terlupa, menjalani adat menjelang pernikahan yang begitu rumit , terlebih Dirga kerabat keraton. Sehingga pernikahan mereka menjadi momen penting di willayah keraton. Karena dipingit, mereka menjadi kesulitan untuk bertemu.Hari pernikahan tiba,pesta rakyat diadakan secara besar – besaran dengan mengarak Nimas dan Dirgamenggunakankereta kencana serta membagikan makanan diikuti oleh sejumlah prajurit dibelakangnya. Cerita yang berbeda akan diulang dari nihil di kehidupan mereka. Kenyamanan terbentuk ketika mereka bersahabat, kasih dan sayang tumbuh tatkala takdir mempertemukan yang jauh menjadi dekat. Memutuskan persahabatan dan menggantikannya menjadi lebih kuat dengan pernikahan yang mengikat.Di Jogja kasihku berlabuh.

Teratai Ajaib dari Negeri Sakura
Antika Dewi Amanda
Musim gugur tengah menerbangkan bunga sakura di taman Kirei yang berada disudut Kota Tokyo. Rambut pirang itu bergerak kesana kemari menutupi wajah merona Tara. Gadis berusia 13 tahun itu kini tengah menghabiskan masa liburan sekolahnya dengan berkunjung ke negeri yang terkenal dengan sakuranya yang indah. Tara tengah membaca buku sejarah kerajaan Jepang, buku itu ia dapatkan ketika mampir ke toko buku dekat hotel tempat ia dan keluarganya tinggal. Buku yang ia dapatkan  itu ternyata rapuh di bagian tengahnya. Ia sibuk merapikan urutan kertas itu. Tiba – tiba datanglah angin yang kemudian menerbangkan salah satu  halaman buku yang ia bawa. Tara berlarian mengejar lembaran buku tersebut,karena ia tak memperhatikan badan jalan kini ia terperosok di semak – semak. Seorang anak laki- laki seusianya membantunya bangun dan mengambilkan lembaran buku yang tersangkut di pohon.
“Kamu baik – baik saja?”,anak laki – laki itu merasa iba terhadap Tara. Kemudian mereka berkenalan , anak kecil itu bernama Saka.
“Kau mau mengantarkanku berkeliling?”, Tara meminta kepada anak itu. Kemudian Saka bercerita panjang lebar mengenai kerajaan yang ada di Jepang. Mereka menaiki bus kota yang mengantarkan penumpang menuju sebuah kuil kuno yang indah, disekelilingnya terlihat dupa yang dipasang disana-sini. Aroma sejuk dedaunan yang hijau menambah segar udara di kuil itu. Mereka memasuki area suci, Saka menyuruh Tara untuk melepaskan sandal yang ia pakai. Terlihat para biksu tengah khusuk berdoa menyembah kepada patung Budha yang ada didepannya.
“Tara kemarilah lihatlah mata air ini,”Saka menggandeng tangan Tara dan segera mengambilkan seciduk air dari sumur yang dianggap suci oleh orang setempat. Konon mata air itu tercipta saat naga langit tegah mengeilingi bumi dengan tubuhnya dan menghujani dunia ini dengan air mata kebahagiaan yang tergambar dengan adanya hujan. Oleh karena itu sumur yang ada di kuil tidak pernah surut. Segar merasuki tenggorokannya yang kering sedari tadi. Didalam  kuil , mereka menancapkan sebuah dupa kedalam  kuali yang ada di depan patung Budha tersebut.
“Saka , itu lukisan apa ?”,Tara menujuk pada lukisan yang menggambarkan seorang wanita cantik tengah berada dilangit dengan dikelilingi cahaya.
“Dia adalah Dewi Amaterasu yang artinya Dewi Matahari, ratu dari seluruh kami.”,Tara kemudian duduk di depannya dan memandangi lukisan yang indah itu , kemudian ia memejamkan mata, menikmati sejuknya hawa di area tersebut.
Tara terbangun, ia mengucek matanya kemudian ia membangunkan saka yang tertidur di sampingnya. Ia merasa tengah berada di sebuah taman, ditengahnya terdapat jembatan, dan anehnya kini mereka berdua memakai kimono. Mereka terbangun dan mencoba menyusuri indahnya teluk yang membentang jauh hingga ujung, dikelilingi bukit hijau dan ditaburi teratai berwarna merah dan putih. Seberkas cahaya mengundang mereka untuk segera berlari mendekatinya.
“Dewi ? Dewi ? “ Saka seraya bertanya  kepada sosok yang wajahnya tertutup oleh cahaya, namun barang tentu itu seorang wanita , bajunya ungu bersemu  merah , menjuntai, tangannya dipenuhi teratai merah dan putih,anggun. Kemudian sosok itu melemparkan  teratai dua warna itu kepada saka dan tara, lalu lekas pergi. Mereka segera memungut teratai itu, dan membawanya kembali berjalan. Ditengah perjalanan ia menemukan sebuah kuil, sangat indah dan  mereka merasa sepertinya tempat ini sudah tidak asing lagi. Mereka melihat patung budha di tengah ruangan kuil tersebut. Saka mengajak tara untuk sembahyang, mereka bersujud sebanyak 3 kali. Ketika bangun dari sujud ketiga mereka melihat cahaya di balik patung budha tersebut,mereka mendekatinya dan  menemukan sebuah lubang diantara punggung patung budha tersebut. Tara mengambil benda bercahaya itu namun ketika terlihat mereka menjadi sangat silau dan mata mereka menjadi gelap dalam sekejap.
Dahi Saka tertimpa bunga teratai, ia terbangun dan mendapati dirinya dan tara tengah berada didepan patung Dewi Amaterasu. Saka lekas mengajak tara menuju patung budha yang berada ditengah ruangan. Segeralah mereka mencari di tempat seperti yang ada di mimpi itu. Saka memasukkan tangannya kelubang tersebut , dan tangannya seperti menyentuh sebuah benda. Benda itu adalah 2 kalung berbentuk teratai satu berwarna merah dan yang satu berwarna putih, raut bahagia nampak diwajah Saka dan Tara . Kemudian secara bersamaan mereka memakai kalung itu,blaarr cahaya terpancar dari kalung mereka berdua. Nampaklah sosok Dewi yang ada pada mimpi keduanya , kemudian Saka dan Tara memberikan salam kepadanya.
Musim itu telah membawa sebuah berkah kepada Tara dan Saka, mereka hidup bersahabat hingga dewasa. Setiap berlibur mereka akan kembali mencoba bertemu dengan Dewi itu, menceritakan segala keluh kesah dan bahagia, mereka kemudian selalu pulang dengan membawa teratai sebagai restu dariNya.