ELANG
Rinai
hujan membasahi buku SBMPTN yang Elang gunakan untuk menutupi kepalanya, ia
segera berlari ke lorong kampus terkemuka di Yogyakarta. Suara lelah nafasnya
yang memburu membuat dadanya kembang kempis. Kini ia duduk di kursi panjang
koridor depan kelas. Sambil sedikit menyapu wajahnya yang basah diguyur hujan.
Hari ini adalah hari terakhir sejak dua hari yang lalu untuk tes masuk
universitas nasional. Elang sangat berharap dapat diterima menjadi mahasiswa disana,
meskipun selain mengikuti tes SBMPTN sebelumnya ia telah mengkuti tes masuk
sekolah penerbangan yang lebih ketat dan bertahap panjang, mulai dari tes
fisik, pengetahuan, psikologi, kesehatan dan yang terakhir adalah wawancara.,
Elang tinggal menungu hasil tes yang dia jalani itu. Bel masuk tanda ujian akan
dimulai telah berdering, segera seluruh peserta berhambur masuk ke dalam kelas.
Tanpa suara, kelas itu hening, hingga mungkin masing – masing peserta dapat
mendengar degup jantung peseta lainya. Maklum saja, ujian saringan masuk
universitas pilihan Elang ini terkenal sangat sulit, hinga harus membuang
ribuan peserta.
2
jam berlalu.
Wajah
lega dari seluruh peserta yang sedikit – demi sedikit keluar meningalkan kelas.
Elang sedikit ribet dengan buku dan bajunya yang basah terkena hujan. Sambil
berjalan menyusuri koridor kampus, Elang merapikan buku yang ada di tangannya.
Tiba – tiba Bruk elang menabrak seseorang . seraya berserakan buku yang ia
rapikan tadi.
“maaf
mas , saya ngga tau , saya nga sengaja” ,suara kalem seorang wanita terdengar
iba melihat buku Elang yang banyak jatuh berserakan, segera ia berlutut
membantu mengambili buku Elang.
“iya
mbak ngga papa kok , saya tadi juga ngga liat soalnya”, Elang hanya sedikit
melirik wanita itu , lalu kembali berkutat dengan buku – bukunya yang masih
jatuh di sana – sini.
“ya
udah mbak terimakasih , saya duluan ya”, Elang kini melangkah menjauhi wanita
itu.
“Assalamualaikum”,
wanita itu baru menjawab. Jawaban itu membuat Elang menghentikan langkahnya dan
berbalik , namun wanita itu telah menghilang entah kemana. Meninggalkan kesan
keanggunan dan kesantunan yang baru benar – benar diakuinya. Wanita berjilbab
ungu muda berhias bunga melati kecil di dada kirinya Elang masih bisa mencium
bau wangi melati itu dalam bayanganya. Gamis dengan warna senada menawarkan
kesan elegan namun sederhana, menambah anggun.
“Sempurna”, batin Elang. Segera Elang tersadar
dari lamunan tentang kejadian lima menit yang lalu, dan berlari ke arah halte
di depan gerbang kampus. Dengan 5000 rupiah bis kota bisa membawanya pulang ke
kampung halaman, Bantul. Ingin hatinya segera menemui Bapak , Ibu nya yang
sudah ia tinggalkan sejak 2 hari yang lalu karena harus menginap untuk
menghemat tenaga dan biaya, terlebih Elang menginap di tempat saudaranya yang
rumahnya tepat bersebelahan dengan kampus pilihanya.
Elang
adalah anak tunggal dari ayah seorang pejabat desa dan ibunya ibu rumah tanga
di desa Bantul. Hidupnya berkecukupan namun sederhana. Ia anak yang patuh dan
pandai dalam hal akademis. Sejak SD sudah terlihat bakatnya dengan selalu
menjadi nomor satu di kelasnya. Elang merupakan anak yang mudah bergaul sehinga
wajar saja ia memiliki banyak teman dan cepat akrab dengan orang yang baru ia
kenal.
Hari
pengumuman SBMPTN
Elang
terbangun , seketika itu ia mengucek matanya yang masih enggan untuk terbuka.
“jam
4 pagi”, begitu batinya setelah melirik jam dinding di kamarnya. Segera ia
menyabet laptop yang ada di meja belajarnya. Rasa gusar menghampiri hatinya,
pikiran negatif dan positif berkecamuk di otaknya. Takut namun ingin segera
tahu , berhasil atau tidak ia masuk ujian tersebut. Dengan tangan gemetar Elang
mengetikan alamat web tempat pengumuman akan dipampang melalui media sosial.
Kaki dan tanganya terus saja bergerak – gerak , menandakan ada rasa gugup yang
teramat sangat dan semakin hebat mengingat web tersebut masih loading, maklum
rumahnya sedikit terpencil sehingga sinyal tidak segampang itu bisa didapat
modemnya.
Hinggamasuk
nomor ke 60 masih belum juga menemukan namanya tertulis di pengumuman itu,
Elang semakin pesimis. Pencarian berlanjut hingga sampai pada angka 200.
Matanya terhenti pada salah satu nomor.
“209
Elang Mahayudha Management dan Bisnis”, dengan mata berbinar ia segera berdiri melompat – lompat diatas
kasur bergambar chelsea, klub sepak bola idamannya. Segera setelah itu ia
berhambur keluar kamar sambil berteriak kegirangan.
“tok
tok tok pak , buk bangun aku diterima masuk SBMPTN buk...buk pak bangun “,
Elang mengetok pintu kamar ayah ibunya yang masih tertutup tanda bahwa si
empunya masih terlelap. Dengan wajah sayu ibu dan bapaknya membuka pintu kamar.
Bagaimanapun juga teriakan Elang mau tidak mau membangunkan mereka.
“
Elang, kamu tidak tau sopan santun? , kamu tau ini jam berapa?, “ ayahnya
sedikit marah.
“bapak,
ibu maaf , aku diterima masuk universitas buk , pak?,” Elang menyampaikan masih
dengan wajah yang sumringah. Ibu Elang langsung memeluk anak semata wayangnya
yang begitu membanggakan.
“syukurlah
, tidak sia – sia kerja kerasmu selama ini sampai begadang malam – malam
belajar”, ibunya sangat merasa bangga, begitu juga dengan penuh bangga ayahnya
menepuk nepuk bahu Elang.
Hari
ospek seminggu setelah pengumuman.
Elang
segera bangun pagi, kala itu waktu menunjukan pukul 4 pagi, Elang sholat subuh
kemudian berlanjut dengan prosesi mandi. Memakai seluruh atribut yang
disarankan, kali ini ia diantar oleh ayahnya memakai mobil takut telat akibat
macet yang sering terjadi di area sekitar kampus. Akan sangat memakan waktu
bila harus berangkat menggunakan bis kota. Sampai di gerbang kampus Elang
berpamitan kepada ayahnya. Ia segera berlari menuju area berkumpul mahasiswa
yang ospek. Kali ini ia lolos karena dapat datang lebih pagi dari yang
dijadwalkan. Disana ia mendapatkan teman baru dari banyak luar kota, mudah saja
ia mendapatkan teman baru karena sifat Elang yang supel dan mudah bergaul.
Ospek berakhir pada pukul 3 sore hari , gurat lelah terpancar di wajah Elang
,namun ia tetap kelihatan bersemangat karena bahagia bisa masuk universitas
terbaik di Indonesia. Baru saat pulang Elang naik bis kota untuk menghemat
biaya. Ospek berlanjut hingga empat hari, dan Elang dapat melewati nya dengan
lancar, walaupun sering kena hukuman disana – sini.
Hari
terakhir ospek , Elang pulang lebih sore lagi, karena ada acara inagurasi
dengan alumni. Sampai dirumah elang menghamburkan badan ke kasurnya. Peluh
membasahi sebagian kemeja putih yang dipakainya. Ia memejamkan mata, lega .
namun ia segera bangkit, teringat bahwa hari ini adalah pengumuman penerimaan
peserta didik di Afiation Dirgantara. Segera ia mengambil laptop dan mengetikan
alamat web pengumuman ditampilkan. Namun tidak seresah kemarin, kini ia lebih
tenang karena jika tidak diterima ia kini telah bersekolah di universitas
terbaik. Pilot adalah cita – citanya sejak kecil. Ia terinspirasi dengan Neil
Amstrong yang terbang hingga ke bulan.
Dia mencari – cari namanya di antara nama peserta yang diterima.
“Elang
Mahayudha . status = diterima” . seketika itu Elang mencari ibunya di dapur,
dengan baju lusuhnya ia memeluk ibu tercinta dari belakang.
“bu
aku akan membawamu terbang bu”. Elang mengagetkan ibunya yang tengah sibuk
meracik bumbu masakan. Ibunya masih belum mengerti arah percakapan anaknya itu.
“terbang,
apanya? Kamu mau main layangan? Sudah gede kok masih mau main – main layangan”,
ibu menjawab sekenanya karena ia belum mengerti maksud perkataan Elang.
“
aku bisa menggapai cita – citaku bu, aku jadi pilot”, Elang kembali
mengungkapkan kebahagiannya dengan memeluk ibunya itu. Langsung saja air mata
menetes dari sudut mata ibunya. Air mata keharuan. Kini cita – citanya masa
kecil tercapai . memang dari postur Ealng begitu menarik , tubuhnya proposional
dan tampan tentunya. Mungkin itu menjadi nilai tambah baginya.
“
ibu sangat bangga padamu, semoga kau mendapatkan kemudahan disana “, jawab
ibunya sambil masih meneteskan air mata. Biarlah nanti berita ini yang akan
menghilangkan rasa lelah ayahnya setelah seharian berkerja mencari nafkah.
Keesokan harinya ia harus mengurus pengunduran dirinya kembali ke kampus.
Dengan membawa surat dari desa dan surat penerimaannya di sekolah penerbangan
ia menemui bagian TU kampus itu. Pengajuan pengunduran diri telah selesai
diurus , kini ia akan kembali pulang, dengan sedikit memelankan langkahnya ia
menikmati suasana kampus untuk yang terakhir kalinya, sedikit berat untuk meninggalkan
teman – teman baru yang ia kenal sejak hari ospek kemarin. Namun tekadnya sudah
bulat, ia memilih melanjutkan sekolahnya untuk mengejar cita – citanya menjadi
pilot.
Di
sekolah penerbangan itu ia tinggal di asrama selama 2 tahun , kemudian ia diharuskan
mengikuti tes kelulusan terakhir. Maskapai pilihannya adalah Garuda Indonesia
dan Singapore Airlines , ia berharap untuk dapat diterima diantara keduanya,
karena dengan itu ia akan memiliki kesempatan besar untuk bisa masuk ke
maskapai internasional lainnya. Singapura memang merupakan negara yang paling
sering digunakan transit para penerbang dari luar negeri yang akan masuk ke
Indonesia. Selama pendidikan ia tidak terlalu kesulitan mengikuti materi yang
diberikan oleh pelatih, karena Elang memang salah satu murid andalan di
Afiation Dirgantara.
Hari
pengumuman penempatan pilot akan digelar nanti malam dalam sebuah acara semacam
promp night. Pertemuan itu akan mengundang orang – orang penting di bidang
penerbangan termasuk B.J Habibie, seorang pencetus ide pembuatan pesawat, atas
jasa itu Indonesia berhasil menghasilkan pesawat dengan nama Gatotkaca. Pada
acara itu akan diumumkan kelulusan peserta didik dan penyerahan sertifikat
penerbangan serta penempatan kerja. Mereka akan langsung dipilih oleh pemilik
maskai penerbangan.
Malam
yang ditunggu telah tiba, bapak ibu Elang datang dari bantul untuk menyaksikan
kelulusan putra satu – satunya. Elang berdandan dengan begitu rapi, jas hitam
di padukan dengan dasi silver menambah kewibawaannya. Acara dimulai, pembawa
acara meminta kepala sekolah penerbangan untuk membacakan siswa yang lolos
dalam pelatihan selama 2 tahun tersebut. Seluruh nama telah disebutkan, namun
Elang merasa namanya belum terpanggil sedari tadi, ia takut kalau – kalau dia
seorang saja yang tidak lulus.
Tiba–
tiba kepala sekolah membacakan pengumuman terakhir, Elang alumni dengan nilai
terbaik tahun ini. Seketika ruangan di penuhi riuh suara tepuk tangan dari
audience. Elang mendapat selamat dari seluruh teman – teman dan dia diarak oleh
teman – temannya untuk naik ke panggung. Tidak ketinggalan ibu dan ayahnya
diundang untuk naik ke panggung untuk menerima penghargaan yang diterima Elang.
“
selamat ya Elang, semoga kau bisa membawa nama baik Indonesia kembali melambung.”
Begitulah pesan kepala sekolah Elang sambil menyematkan tanda kelulusan di dada
sebelah kiri. Sehari setelah kelulusan Elang langsung dipangil untuk bekerja di
Singapore Airlines maskai impiannya. Kini ia bekerja dengan jam terbang yang
cukup tinggi dibanding teman – temannya yang lain. Pilot Elang terkenal sebagai
pilot yang tampan dan berprestasi, ia sering menerima penghargaan dari
pemerintah singapura atas dedikasinya. Banyak omongan sana sini dari para
pramugari cantik yang tertarik dengan ketampanan pilot Elang.
Hari
ini jadwal penerbangan Elang menuju Dubai. Saat landing elang segera
melangkahkan kaki masuk menuju hotel. Ia ingin segera beristirahat untuk
penerbangan esok hari. Namun saat menyusuri lorong kamar ia bertemu dengan
seorang pramugari dari singapore yang ikut dengan pesawat yang ia kemudikan
tadi.
“maaf,
sedang apa anda berdiri disini”, sapa pilot Elang dengan bahasa Inggris yang
lancar.
“saya
kebingungan mencari kamar saya, maukah anda menemani saya mencari kamar ?”,
jawab pramugari tersebut.
“tentu,
mari saya antar. Boleh saya tahu nomor berapa kamar anda ?”,Elang bertanya
sambil meminta kunci kamar dari pramugari tersebut.Tanpa berpikiran buruk ia
langsung mengantarkan pramugari cantik tersebut, meskipun di hatinya sedikit
ada perasaan tidak enak, namun buru – buru ia menepisnya. Tidak mungkin wanita
secantik ini berniat buruk.
Sesampainya
di kamar Elang dipersilakan duduk. Pramugari itu mengambilkan minuman dari
dapur. Elang meminumnya tanpa curiga,dengan satu kali teguk minuman itu telah
habis. Mereka berbincang bincang cukup lama, namun kemudian Elang merasa
kepalanya berputar dan gelap.
Terik
matahari masuk menyilaukan mata Elang yang sedari tadi tertidur. Dengan sedikit
menyipit Elang mencoba membuka matanya dan terkaget mendapati keadaan tubuhnya
polos tanpa sehelai benang, hanya selimut yang menutupi tubuhnya itu. Ia masih
mencoba mengingat kejadian malam lalu, namun percuma ia tidak ingat sama
sekali. Ia menemukan sebuah surat di sampingnya .
“Elang,
terimakasih untuk tadi malam, sungguh kau harus segera melakukan pemeriksaan di
bandara.” Itulah isi surat yang ditemukan Elang. Seketika Elang menangis
meratapi nasibnya, sunguh bodoh mengapa ia tidak menyadari keanehan pramugari
tersebu. Ia segera bangkit dan berlari menuju bandara, segera ia meminta untuk
diperiksa oleh tim medis, dan di sana dia bertemu dengan Pilot Arman teman
sewaktu di asrama dulu.
“hai
Elang, kau terlihat gugup ada apa “, sapa pilot Arman, Elang menutupi
kegundahannya dengan mengatakan baik – baik saja , hanya ingin check up
kesehatan. Setelah ia masuk ke dalam ruangan, Elang diambil darah dan menungu
kurang lebih satu jam. Arman menjadi teman ngobrol sedari tadi, sedikit
menghilangkan kegelisahan hati Elang.
“dok
bagaimana hasilnya”, Elang bertanya kepada dokter yang baru saja keluar dari
laboratorium.
“Elang
, mungkin ini hari terakhir kau bisa menjadi pilot, kau terkena HIV”, kata
dokter itu langsung membuat Elang menangis bersimpuh dengan ditenangkan pilot
Arman. Ia merasa karir penerbanganya telah hancur. Terlebih ia kan dijodohkan
oleh ayah ibunya dengan anak teman sewaktu di SMA dulu. Ia tidak bisa
membayangkan bila orang tuanya tahu ia harus kehilangan pekerjaannya dan
membatalkan perjodohan tersebut. Ia masih menyesali dirinya.
“saya
mau dokter dan kau Arman merahasiakan kondisiku ini, aku akan segera resign
dari maskapai ini “, dengan keberanian dan keteguhan penuh ia mengatakan hal
yang sebetulnya sangat ia haramkan. Kini ia putus asa tidak tau harus bagaimana
menghadapi keaadan yang begitu menyulitkan. Elang pulang ke bantul dan dengan
begitu ia mengakhiri profesinya sebagai pilot.
“Assalamualaikum “, Elang
mengucapkan salam dengan penuh ketidakberdayannya. Namun ia masih mencoba
menutupi kesedihannya. Ibu dan ayahnya menyambut gembira, meskipun ia sedikit
merasa aneh, tidak biasanya anaknya pulang dalam hari – hari kerja. Memang
orang tuanya sudah tahu apabila jam terbang anaknya itu padat. Malam harinya
Elang memanggil ayah ibunya berkumpul di ruang keluarga.
“Bapak
ibu, saya mau memberitahukan sesuatu, saya harap ibu dan bapak mau memaafkan
saya,” Elang sedikit terbendung air matanya, ia tak sanggup membayangkan betapa
hancurnya perasaan ayah ibunya.
“Kenapa
Elang , apa ini masalah kau tidak mau dijodohkan dengan Madina? Karena kau
belum tau rupanya ? kau takut dia buruk rupa ? percayalah dia wanita cantik dan
sholeha”, ibunya memberondong Elang dengan pernyataan demikian. Kata – kata
ibunya semakin membuatnya merasa bersalah.
“
Bukan itu bu masalahnya, aku...aku resign menjadi pilot dan aku terkena HIV ,“
Elang mengatakan dengan mengumpulkan keberanianya yang tersisa.
“
Apa kau pulang bukannya membawa kebanggaan tapi kaupulang dengan penyakit
terkutuk itu? , lalu bagaimana dengan calon istrimu Elang ? perjodohan ini
harus dibatalkan , tidak mungkin Madina anak baik – baik itu harus bersuami
keji sepertimu, apa yang kau lakukan di luar sana ? memang salahku tidak
mendidikmu dengan benar , kau pandai tapi agamamu...? ,“ bapak Elang pergi
tidak melanjutkan perkataannya menandakan kekecewaan yang amat sangat. Ibu Elang
hanya menangis tidak percaya tentang apa yang terjadi kepada anaknya.
“
maafkan aku bu, maafkan aku ...kenapa Allah memberiku cobaan seperti ini bu?”,
elang bersimpuh di kaki ibunya. Ibunya membimbingnya dan memeluk Elang,
menenangkannya dengan menerima seluruh keadaan Elang saat itu.
“sudahlah
nak , aku tau ini bukan salahmu, kau tidak perlu menjelaskan pada ibu. Ibu
hanya minta kau kuat “, ibunya sambil terisak memeluk Elang.
Enam
bulan sudah Elang tinggal di bantul setelah pembatalan perjodohannya dengan
Madina dan membantu pekerjaan ayahnya di desa. Kini ia lebih tenang , meskipun
harus menanggung beban penyakit itu. Ia tidak mau memikirkannya, ia hanya ingin
memanfatkan umurnya yang tersisa.Ayahnya mungkin sedikit diam padanya, namun ia
memaklumi karena luka yang disebabkannya memang sangat menyakitkan. Kini ia
menjadi pribadi yang lebih khusuk setiap sore ia tak segan untuk mengaji
bersama anak – anak desa yang umumnya masih sekolah tingkat dasar, ia tidak mau
meratapi nasib. Penyakit itu telah membuat Elang tersadar, dunia ini bukan
segalanya dan hanya Allah Sang Maha Menyembuhkan.
Pagi
hari yang sejuk di Bantul.
Elang
tengah menyapu halaman rumahnya yang kini sudah menjadi lebih bagus akibat
renovasi yang dilakukan setahun yang lalu dengan uang hasil pekerjaannya
menjadi pilot. Sesekali Elang terlihat sedih karena mengingat pekerjaan
impiannya yang telah ia tinggalkan sejak enam bulan lalu. Kriiinnggg –
krriiinngg deiring handphone yang ada di saku training Elang membuatnya
berhenti menyapu dan segera mengambil hp nya.
“Halo
Assalamualaikum, ini siapa ?”,
“Good
morning Mr. Elang can you landing in Singapore tomorrow ? i hope you will ready
in my office at 10.00 AM.”
“Oh
are you Mr. Egtamba ? okay sure i do.” Mr .Egtamba adalah kepala maskapai
tempat Elang bekerja. Elang sedikit ragu, ia takut kalau Mr. Egtamba menanyakan
lebih lanjut tentang alasan pengunduran dirinya. Terlebih Mr.Egtamba lah yang
paling sedih kala itu harus ditinggalkan oleh pilot berbakat seperti Elang.
Segera Elang menyiapkan kepergiannya ke Singapura dan memesan tiket untuk
keberangkatannya esok hari.
Keesokan
harinya.Setelah 4 jam akhirnya Elang telah sampai di Singapura tepat pukul
09.00 pagi. Ia segera menyewa taksi untuk mengantarkannya ke kantor pusat
maskapai Mr. Egtamba. Sesampainya di kantor Elang segera menuju ruangan kepala
maskapai, belum ia menemukan ruangan Mr. Egtamba ia telah dikejutkan oleh
kepala Maskapai yang terkenal sangat ramah itu.
“Hai
Elang, apa kabar ?”, tanya Mr Egtamba dalam bahasa Inggris mengagetkan Elang.
Wajah Elang memucat, ia benar – benar takut semua akan tahu jika dia ODHA.
“Hello
Mr, ada masalah apa kau memanggilku tiba – tiba ?” , tanya Elang dengan sedikit
terbata.
“Mari
kita masuk ke ruanganku saja, ada masalah penting yang harus aku beritahukan
pada mu”,jawab Mr Egtamba sambil membimbing Elang masuk ke dalam ruangannya.
Mr. Egtamba mempersilahkan Elang untuk duduk.
“Begini
Elang, aku sudah tahu alasan mu sebenarnya mengapa kau tiba – tiba meminta
resign dari pekerjaan impianmu ini”. Dengan serius Mr Egtamba memulai
pembicaaraan.
“Maafkan
saya, saya benar – benar dijebak oleh pramugari itu. Maafkan saya Mr, saya
mohon jangan beritahukan masalah ini kepada rekan – rekan. Saya tidak mau
keluarga saya bertambah malu dengan informasi tersebut”.
“Kenapa
bisa kau sebodoh itu?” Mr. Egtamba kembali bertanya dan membuat Elang semakin
merasa bersalah ia hanya tertunduk lesu. Kepasrahan nampak di kedua bola
matanya, ia sudah tidak perduli dengan pekerjaan pilotnya itu.
“Kau
masih juga bodoh Elang. Kemarin pramugari itu datang kepadaku, ia menjelaskan
semuanya. Memang tidak terjadi apa – apa diantara kalian. Dia juga mengaku
bahwa ia bebas dari HIV. Ia hanya menuruti perintah orang yang ingin karirmu
hancur, dan kemarin aku telah memecat mereka semua”. Penjelasan Mr Egtamba
mengagetkan sekaligus membuat Elang lega. Beban yang ada di hatinya kini
dilolosi sepenuhnya. Elang segera melakukan sujud syukur kepada Allah Sang Maha
Agung. Air matanya tak juga berhenti, malah bertambah karena rasa harunya.Mr
Egtamba menjelaskan kembali bahwa dokter di bandara dan temannya sendiri pilot
Arman yang bersekongkol untuk menjatuhkan Elang. Pilot Arman iri dengan
keberhasilah dari Elang menjadi pilot terbaik di Singapore Air Lines.
“Sepertinya
kau perlu belajar lagi, kau terlalu mudah dibohongi Elang. Tidakkah kau
berfikir bahwa HIV hanya akan dapat dideteksi setelah 5 tahun kemudian, bukan
hanya sehari langsung kau terinfeksi HIV. Ternyata dibalik kepiawaianmu
mengendalikan pesawat dan kepandaianmu selama ini kau masih membutuhkan
pengetahuan tentang penyakit itu. Sekarang ku kira kau tidak sepandai diriku”,
Mr Egtamba tertawa puas mengetahui kelemahan pilot andalannya , yang juga
membuat Elang tertawa.
“Jadi
minggu depan kau bisa terbang lagi dengan pesawatku,” Mr Egtamba menyalami
Elang. Kedua kalinya Elang tersungkur bersujud di ruangan Mr Egtamba.
“Terimakasih
Mr, aku akan bekerja dengan baik, dan tidak akan mengulangi kebodohanku.” Elang
mengucapkan rasa terimakasihnya dengan amat kepada kepala maskapai itu,
sekaligus berpamitan pulang ke Indonesia. Elang kini pulang dengan wajah lega,
ia segera mengabari kedua orang tuanya. Sampai dirumah Elang disambut hangat
dengan kedua orangtuanya, namun terlihat ada orang lain selain mereka berdua.
Elang segera memeluk kedua orangtuanya.
“
Assalamualaikum Elang, “. Elang mendengar ucapan salam dengan suara yang
sepertinya sangat familiar. Elang segera melepaskan pelukan kepada orang tuanya
dan berbalik badan.
“subhanallah
,kamu? Kenapa bisa disini ?” Elang takjub dengan kecantikan wanita yang
sebelumnya telah ia temui ketika di kampus dulu. Ia adalah wanita yang ditabrak
Elang selagi membawa buku setelah ujian SBMPTN. Ibu elang menjelaskan
kedatangan mereka adalah untuk melanjutkan acara perjodohan yang sempat
dibatalkan kemarin. Elang sangat bahagia, ia tidak menyangka Madina adalah
wanita yang selama ini ia kagumi keanggunan dan ke sholehannya dan kini akan
menjadi istrinya.
“kau
tidak menolak dijodohkan denganku?, kamu tahu juga kan pilot bekerja dengan
wanita – wanita cantik di luar sana ,kau tidak cemburu akan hal itu Madina?”,
Elang bertanya akan kesediaan Madina menerima segala keadaannya.
“aku
hanya mengikuti isyarah yang sudah ditunjukkan kepadaku lewat doa dan
istikharah ku selama ini. Aku yakin kau jodoh yang dikirimkan Allah kepadaku.
Aku akan selalu berdoa agar kau selalu dalam lindungannya, aku percaya padamu
“, jawab Madina.
Lengkaplah
sudah kebahagiaan Elang. Kini ia kembali menjadi pilot dan memperoleh istri
yang sholeha. Elang merasa bahwa tiada yang tidak berguna di dunia ini,
penyakit sekalipun mampu membawa hidayah dan anugrah yang luar biasa. Lewat
insiden HIV itu Elang menjadi tahu pentingnya ia menjaga jarak dengan wanita
yang bukan muhrim, karena penyakit mematikan itu akan siap untuk menghampiri
para pezina tanpa tahu apa obatnya.
0 komentar:
Posting Komentar