ELANG
Rinai
hujan membasahi buku SBMPTN yang Elang gunakan untuk menutupi kepalanya, ia
segera berlari ke lorong kampus terkemuka di Yogyakarta. Suara lelah nafasnya
yang memburu membuat dadanya kembang kempis. Kini ia duduk di kursi panjang
koridor depan kelas. Sambil sedikit menyapu wajahnya yang basah diguyur hujan.
Hari ini adalah hari terakhir sejak dua hari yang lalu untuk tes masuk
universitas nasional. Elang sangat berharap dapat diterima menjadi mahasiswa disana,
meskipun selain mengikuti tes SBMPTN sebelumnya ia telah mengkuti tes masuk
sekolah penerbangan yang lebih ketat dan bertahap panjang, mulai dari tes
fisik, pengetahuan, psikologi, kesehatan dan yang terakhir adalah wawancara.,
Elang tinggal menungu hasil tes yang dia jalani itu. Bel masuk tanda ujian akan
dimulai telah berdering, segera seluruh peserta berhambur masuk ke dalam kelas.
Tanpa suara, kelas itu hening, hingga mungkin masing – masing peserta dapat
mendengar degup jantung peseta lainya. Maklum saja, ujian saringan masuk
universitas pilihan Elang ini terkenal sangat sulit, hinga harus membuang
ribuan peserta.
2
jam berlalu.
Wajah
lega dari seluruh peserta yang sedikit – demi sedikit keluar meningalkan kelas.
Elang sedikit ribet dengan buku dan bajunya yang basah terkena hujan. Sambil
berjalan menyusuri koridor kampus, Elang merapikan buku yang ada di tangannya.
Tiba – tiba Bruk elang menabrak seseorang . seraya berserakan buku yang ia
rapikan tadi.
“maaf
mas , saya ngga tau , saya nga sengaja” ,suara kalem seorang wanita terdengar
iba melihat buku Elang yang banyak jatuh berserakan, segera ia berlutut
membantu mengambili buku Elang.
“iya
mbak ngga papa kok , saya tadi juga ngga liat soalnya”, Elang hanya sedikit
melirik wanita itu , lalu kembali berkutat dengan buku – bukunya yang masih
jatuh di sana – sini.
“ya
udah mbak terimakasih , saya duluan ya”, Elang kini melangkah menjauhi wanita
itu.
“Assalamualaikum”,
wanita itu baru menjawab. Jawaban itu membuat Elang menghentikan langkahnya dan
berbalik , namun wanita itu telah menghilang entah kemana. Meninggalkan kesan
keanggunan dan kesantunan yang baru benar – benar diakuinya. Wanita berjilbab
ungu muda berhias bunga melati kecil di dada kirinya Elang masih bisa mencium
bau wangi melati itu dalam bayanganya. Gamis dengan warna senada menawarkan
kesan elegan namun sederhana, menambah anggun.
“Sempurna”, batin Elang. Segera Elang tersadar
dari lamunan tentang kejadian lima menit yang lalu, dan berlari ke arah halte
di depan gerbang kampus. Dengan 5000 rupiah bis kota bisa membawanya pulang ke
kampung halaman, Bantul. Ingin hatinya segera menemui Bapak , Ibu nya yang
sudah ia tinggalkan sejak 2 hari yang lalu karena harus menginap untuk
menghemat tenaga dan biaya, terlebih Elang menginap di tempat saudaranya yang
rumahnya tepat bersebelahan dengan kampus pilihanya.
Elang
adalah anak tunggal dari ayah seorang pejabat desa dan ibunya ibu rumah tanga
di desa Bantul. Hidupnya berkecukupan namun sederhana. Ia anak yang patuh dan
pandai dalam hal akademis. Sejak SD sudah terlihat bakatnya dengan selalu
menjadi nomor satu di kelasnya. Elang merupakan anak yang mudah bergaul sehinga
wajar saja ia memiliki banyak teman dan cepat akrab dengan orang yang baru ia
kenal.
Hari
pengumuman SBMPTN
Elang
terbangun , seketika itu ia mengucek matanya yang masih enggan untuk terbuka.
“jam
4 pagi”, begitu batinya setelah melirik jam dinding di kamarnya. Segera ia
menyabet laptop yang ada di meja belajarnya. Rasa gusar menghampiri hatinya,
pikiran negatif dan positif berkecamuk di otaknya. Takut namun ingin segera
tahu , berhasil atau tidak ia masuk ujian tersebut. Dengan tangan gemetar Elang
mengetikan alamat web tempat pengumuman akan dipampang melalui media sosial.
Kaki dan tanganya terus saja bergerak – gerak , menandakan ada rasa gugup yang
teramat sangat dan semakin hebat mengingat web tersebut masih loading, maklum
rumahnya sedikit terpencil sehingga sinyal tidak segampang itu bisa didapat
modemnya.
Hinggamasuk
nomor ke 60 masih belum juga menemukan namanya tertulis di pengumuman itu,
Elang semakin pesimis. Pencarian berlanjut hingga sampai pada angka 200.
Matanya terhenti pada salah satu nomor.
“209
Elang Mahayudha Management dan Bisnis”, dengan mata berbinar ia segera berdiri melompat – lompat diatas
kasur bergambar chelsea, klub sepak bola idamannya. Segera setelah itu ia
berhambur keluar kamar sambil berteriak kegirangan.
“tok
tok tok pak , buk bangun aku diterima masuk SBMPTN buk...buk pak bangun “,
Elang mengetok pintu kamar ayah ibunya yang masih tertutup tanda bahwa si
empunya masih terlelap. Dengan wajah sayu ibu dan bapaknya membuka pintu kamar.
Bagaimanapun juga teriakan Elang mau tidak mau membangunkan mereka.
“
Elang, kamu tidak tau sopan santun? , kamu tau ini jam berapa?, “ ayahnya
sedikit marah.
“bapak,
ibu maaf , aku diterima masuk universitas buk , pak?,” Elang menyampaikan masih
dengan wajah yang sumringah. Ibu Elang langsung memeluk anak semata wayangnya
yang begitu membanggakan.
“syukurlah
, tidak sia – sia kerja kerasmu selama ini sampai begadang malam – malam
belajar”, ibunya sangat merasa bangga, begitu juga dengan penuh bangga ayahnya
menepuk nepuk bahu Elang.
Hari
ospek seminggu setelah pengumuman.
Elang
segera bangun pagi, kala itu waktu menunjukan pukul 4 pagi, Elang sholat subuh
kemudian berlanjut dengan prosesi mandi. Memakai seluruh atribut yang
disarankan, kali ini ia diantar oleh ayahnya memakai mobil takut telat akibat
macet yang sering terjadi di area sekitar kampus. Akan sangat memakan waktu
bila harus berangkat menggunakan bis kota. Sampai di gerbang kampus Elang
berpamitan kepada ayahnya. Ia segera berlari menuju area berkumpul mahasiswa
yang ospek. Kali ini ia lolos karena dapat datang lebih pagi dari yang
dijadwalkan. Disana ia mendapatkan teman baru dari banyak luar kota, mudah saja
ia mendapatkan teman baru karena sifat Elang yang supel dan mudah bergaul.
Ospek berakhir pada pukul 3 sore hari , gurat lelah terpancar di wajah Elang
,namun ia tetap kelihatan bersemangat karena bahagia bisa masuk universitas
terbaik di Indonesia. Baru saat pulang Elang naik bis kota untuk menghemat
biaya. Ospek berlanjut hingga empat hari, dan Elang dapat melewati nya dengan
lancar, walaupun sering kena hukuman disana – sini.