Kamis, 01 Januari 2015



ELANG 
Rinai hujan membasahi buku SBMPTN yang Elang gunakan untuk menutupi kepalanya, ia segera berlari ke lorong kampus terkemuka di Yogyakarta. Suara lelah nafasnya yang memburu membuat dadanya kembang kempis. Kini ia duduk di kursi panjang koridor depan kelas. Sambil sedikit menyapu wajahnya yang basah diguyur hujan. Hari ini adalah hari terakhir sejak dua hari yang lalu untuk tes masuk universitas nasional. Elang sangat berharap dapat diterima menjadi mahasiswa disana, meskipun selain mengikuti tes SBMPTN sebelumnya ia telah mengkuti tes masuk sekolah penerbangan yang lebih ketat dan bertahap panjang, mulai dari tes fisik, pengetahuan, psikologi, kesehatan dan yang terakhir adalah wawancara., Elang tinggal menungu hasil tes yang dia jalani itu. Bel masuk tanda ujian akan dimulai telah berdering, segera seluruh peserta berhambur masuk ke dalam kelas. Tanpa suara, kelas itu hening, hingga mungkin masing – masing peserta dapat mendengar degup jantung peseta lainya. Maklum saja, ujian saringan masuk universitas pilihan Elang ini terkenal sangat sulit, hinga harus membuang ribuan peserta.
2 jam berlalu.
Wajah lega dari seluruh peserta yang sedikit – demi sedikit keluar meningalkan kelas. Elang sedikit ribet dengan buku dan bajunya yang basah terkena hujan. Sambil berjalan menyusuri koridor kampus, Elang merapikan buku yang ada di tangannya. Tiba – tiba Bruk elang menabrak seseorang . seraya berserakan buku yang ia rapikan tadi.
“maaf mas , saya ngga tau , saya nga sengaja” ,suara kalem seorang wanita terdengar iba melihat buku Elang yang banyak jatuh berserakan, segera ia berlutut membantu mengambili buku Elang.
“iya mbak ngga papa kok , saya tadi juga ngga liat soalnya”, Elang hanya sedikit melirik wanita itu , lalu kembali berkutat dengan buku – bukunya yang masih jatuh di sana – sini.
“ya udah mbak terimakasih , saya duluan ya”, Elang kini melangkah menjauhi wanita itu.
“Assalamualaikum”, wanita itu baru menjawab. Jawaban itu membuat Elang menghentikan langkahnya dan berbalik , namun wanita itu telah menghilang entah kemana. Meninggalkan kesan keanggunan dan kesantunan yang baru benar – benar diakuinya. Wanita berjilbab ungu muda berhias bunga melati kecil di dada kirinya Elang masih bisa mencium bau wangi melati itu dalam bayanganya. Gamis dengan warna senada menawarkan kesan elegan namun sederhana, menambah anggun.
 “Sempurna”, batin Elang. Segera Elang tersadar dari lamunan tentang kejadian lima menit yang lalu, dan berlari ke arah halte di depan gerbang kampus. Dengan 5000 rupiah bis kota bisa membawanya pulang ke kampung halaman, Bantul. Ingin hatinya segera menemui Bapak , Ibu nya yang sudah ia tinggalkan sejak 2 hari yang lalu karena harus menginap untuk menghemat tenaga dan biaya, terlebih Elang menginap di tempat saudaranya yang rumahnya tepat bersebelahan dengan kampus pilihanya.
Elang adalah anak tunggal dari ayah seorang pejabat desa dan ibunya ibu rumah tanga di desa Bantul. Hidupnya berkecukupan namun sederhana. Ia anak yang patuh dan pandai dalam hal akademis. Sejak SD sudah terlihat bakatnya dengan selalu menjadi nomor satu di kelasnya. Elang merupakan anak yang mudah bergaul sehinga wajar saja ia memiliki banyak teman dan cepat akrab dengan orang yang baru ia kenal.
Hari pengumuman SBMPTN
Elang terbangun , seketika itu ia mengucek matanya yang masih enggan untuk terbuka.
“jam 4 pagi”, begitu batinya setelah melirik jam dinding di kamarnya. Segera ia menyabet laptop yang ada di meja belajarnya. Rasa gusar menghampiri hatinya, pikiran negatif dan positif berkecamuk di otaknya. Takut namun ingin segera tahu , berhasil atau tidak ia masuk ujian tersebut. Dengan tangan gemetar Elang mengetikan alamat web tempat pengumuman akan dipampang melalui media sosial. Kaki dan tanganya terus saja bergerak – gerak , menandakan ada rasa gugup yang teramat sangat dan semakin hebat mengingat web tersebut masih loading, maklum rumahnya sedikit terpencil sehingga sinyal tidak segampang itu bisa didapat modemnya.
Hinggamasuk nomor ke 60 masih belum juga menemukan namanya tertulis di pengumuman itu, Elang semakin pesimis. Pencarian berlanjut hingga sampai pada angka 200. Matanya terhenti pada salah satu nomor.
“209 Elang Mahayudha Management dan Bisnis”, dengan mata berbinar  ia segera berdiri melompat – lompat diatas kasur bergambar chelsea, klub sepak bola idamannya. Segera setelah itu ia berhambur keluar kamar sambil berteriak kegirangan.
“tok tok tok pak , buk bangun aku diterima masuk SBMPTN buk...buk pak bangun “, Elang mengetok pintu kamar ayah ibunya yang masih tertutup tanda bahwa si empunya masih terlelap. Dengan wajah sayu ibu dan bapaknya membuka pintu kamar. Bagaimanapun juga teriakan Elang mau tidak mau membangunkan mereka.
“ Elang, kamu tidak tau sopan santun? , kamu tau ini jam berapa?, “ ayahnya sedikit marah.
“bapak, ibu maaf , aku diterima masuk universitas buk , pak?,” Elang menyampaikan masih dengan wajah yang sumringah. Ibu Elang langsung memeluk anak semata wayangnya yang begitu membanggakan.
“syukurlah , tidak sia – sia kerja kerasmu selama ini sampai begadang malam – malam belajar”, ibunya sangat merasa bangga, begitu juga dengan penuh bangga ayahnya menepuk nepuk bahu Elang.
Hari ospek seminggu setelah pengumuman.
Elang segera bangun pagi, kala itu waktu menunjukan pukul 4 pagi, Elang sholat subuh kemudian berlanjut dengan prosesi mandi. Memakai seluruh atribut yang disarankan, kali ini ia diantar oleh ayahnya memakai mobil takut telat akibat macet yang sering terjadi di area sekitar kampus. Akan sangat memakan waktu bila harus berangkat menggunakan bis kota. Sampai di gerbang kampus Elang berpamitan kepada ayahnya. Ia segera berlari menuju area berkumpul mahasiswa yang ospek. Kali ini ia lolos karena dapat datang lebih pagi dari yang dijadwalkan. Disana ia mendapatkan teman baru dari banyak luar kota, mudah saja ia mendapatkan teman baru karena sifat Elang yang supel dan mudah bergaul. Ospek berakhir pada pukul 3 sore hari , gurat lelah terpancar di wajah Elang ,namun ia tetap kelihatan bersemangat karena bahagia bisa masuk universitas terbaik di Indonesia. Baru saat pulang Elang naik bis kota untuk menghemat biaya. Ospek berlanjut hingga empat hari, dan Elang dapat melewati nya dengan lancar, walaupun sering kena hukuman disana – sini.