Rabu, 30 Oktober 2019

Dear duniaku
Sekarang kamu sedang berpaling dariku
Meninggalkan aku jauh di belakangmu
Dunikau, aku tau kau kesakitan
Tetapi perlukah kau menjatuhkannya padaku pula

Aku yang tanpa tangan dan bayang di sekitarmu
Hanya bisa melemparkan tanya bertubi padamu
Akupun tau , semua menjadi tiada gunanya
Jadi , apakah peduliku adalah beban?

Atau bagaimana , dan apa yang kamu inginkan
Seorang wanita yang tangguh?
Tanpa menoleh dia sanggup melangkah tanpamu
Meski dia tau kau , butuh perhatianku

Atau kau ingin wanita yang peduli
Yang tak sanggup hidup tanpa kabar
Yang tidak mungkin nyenyak dengan apapun kesulitanmu
Sungguh kamu ingin aku merendah seperti itu?

Kau harus tau, aku menanggung kedua wanita itu
Aku memiliki keduanya dan aku benci
Aku membencimu dengan sakit
Tapi aku masih merendah dan mencoba peduli

Aku rasa aku gila
Aku tergila gila
Bukan wanita ini yang aku inginkan
Bukan wanita yang tidak mampu melihat beda
Kapan diinginkan dan kapan dibuang.

Kamis, 29 Desember 2016

 Hai Separuhku

Sejenak hujan menyadarkan lamunanku. Iya inilah yang sesungguhnya, aku berdiri di tepian jalan berliku sendirian. Mencoba menerka arah yang akan kuambil. Penunjuk arahku tiada.... entahlah sudah berapa lama dia tak menanyakan keberadaan dan perasaanku. Aku yang tiada paham hubungan macam apa ini. Aku yang seringkali tertawa sendiri membuka memo lusuh manis beberapa bulan silam. Aku yang seringkali merindui setiap ucap kata yang pernah menghentikan laju nafasku, yang membuat gempa bumi pribadi. Aku yang seringkali menumpahkan air yang mendesak keluar dari mataku untuk menemukan kebahagiaanku akan engkau.
Separuhkuu ...
Aku hanya ingin tahu kau baik – baik saja. Berbagilah denganku kapanpun kau mau, sungguh telinga dan hati ini tidak hanya tersedia kala kau membawa berita gembira.  Justru kukuatkan dan kusiapkan segalanya untuk menampung dan mengganti semangatmu yang hilang. Seburuk apapun harimu, ingatlah bahwa aku mencintaimu.
Separuhkuu..
Aku tiada pernah ingin tergesa untuk memiliki mu, karena aku sangat paham bahwa kau seorang laki – laki pastilah memiliki target hidup, dan itupun juga untukku. Kau harus tahu, bahwa ada aku yang sedang menggenggam bara rindu, aku yang menggenggam tajamnya cinta akan engkau.  Jangan kau memilih untuk memberikan bara api dan tajamnya pisau.
Separuhkuu...
Sesungguhnya hatiku hanya ingin berucap aku sangat merindukanmu, aku sangat mengkhawatirkanmu. Meski kutahu takdir kita tak pasti, namun dalam keadaan demikian aku masih ingin berjodoh denganmu.

Senin, 28 Desember 2015

simple story


Hati untuk Pribumi
Antika Dewi Amanda

Pagi yang sibuk di Adelaide membawa keluarga Audrey larut dalam pekerjaan masing – masing. Hawa yang segar karena banyaknya perbukitan bercampur dengan udara panas dari nafas lelah mereka. Keluarga kecil itu berencana untuk pindah negara, mengingat Papa Audrey seorang duta besar Kanada  yang baru – baru ini akan dipindah tugaskan ke Indonesia karena ada kekosongan posisi. Sekolah Audrey terpaksa ditinggalkan , kalau di Indonesia kini ia masih duduk di kelas 5 SD.
“come on dear, hurry up”, teriak Mr John. Segera terdengar langkah kaki dari ibu dan anak yang tergesa – gesa.
“ayo kita pergi “, Audrey mencoba berbahasa Indonesia hasil kursusnya selama 2 bulan sebelum keberangkatannya hari ini.
Setibanya di bandara, mereka segera bergegas menuju pintu pesawat. Terbayang di benak Audrey, Indonesia sebuah negara yang hijau terkenal sebagai paru – paru dunia. Audrey akan berada di Jakarta Kedutaan Kanada pastinya. Mereka akan tinggal di rumah dinas ,sekaligus ia diberi fasilitas rumah di daerah puncak, rumah yang dikelilingi perbukitan indah dan terkenal sebagai daya tarik wisata disana. Audrey terbang dengan terlelap bersama mimpi – mimpinya di Indonesia.
Tiba di Indonesia.Mr John akan berangkat dengan mobil yang berbeda, karena ia harus langsung menuju istana kenegaraan. Sedangkan Mama dan Audrey akan pergi ke puncak. Disepanjang perjalanan ke puncak ia melihat hijaunya kebun teh dan perbukitan yang indah, persis seperti keadaan rumah lamanya di Adelaide Australia.Turun dari mobil Audrey langsung berlari melihat sekeliling. Mrs Cloe sudah berteriak memintanya kembali, namun percuma saja Audrey kecil tetap berlari.
Tiba - tiba “aaaaaa aauu aaaaa,” audrey berteriak karena ia terperosok jauh rupanya kemarin baru turun hujan.
“Sini tangan mu!! cepat sini!!,” suara anak lelaki itu menyadarkan Audrey, tangan kecilnya terjulur untuk menolong Audrey. Dengan susah payah ia menarik Audrey dari lubang yang cukup dalam, hingga ia harus jatuh ke belakang dan belepotan tanah perkebunan.
“Terimakasih”, ucap Audrey dengan bahasa Indonesia yang logatnya masih sedikit berbeda. “Kamu siapa ? tau jalan pulang?”, anak lelaki itu tak kalah herannya, kenapa ada bule di desanya, sangat jarang sekali. Mereka saling berkenalan, anak lelaki itu bernama Galang, kulitnya yang coklat dan matanya yang hitam membuat Audrey merasa dia Istimewa. Galang menggandeng tangan Audrey, ia tidak mau kalau gadis kecil itu nanti terperosok kembali ke dalam lubang.
Sepanjang perjalanan Galang tidak pernah melepas tangan Audrey, kerena jalan sangat licin, mereka harus bekerja sama menjaga keseimbangan. Sampai dirumah Audrey, Mrs Cloe langsung menyambut Audrey dengan wajah cemas, ia berterimakasih kepada Galang.
Keesokan harinya Audrey sudah harus bersekolah di SD dekat desanya itu, ia diantar oleh sopir pribadi, di jalan terlihat Galang sedang memacu sepedanya, ia juga bersekolah di tempat yang sama dengan Audrey. Di sekolah, gadis itu masih merasa asing.
“Hai, kamu ngga mau makan?, ini aku bawa pisang rebus. Galang menyodorkan pisang rebus yang ia bawa dari rumah. Audrey tampaknya menyukai pisang itu. Gadis itu sering menyendiri karena teman – teman satu kelasnya menganggap ia berbeda, kadang ia di panggil “bule pucat”. Entah apa itu maksudnya, ia belum begitu fasih berbahasa Indonesia yang ia tangkap adalah rasa enggan, itu tersirat di wajah mereka. Sempat Audrey di jahili oleh teman sekelasnya, salah satu sepatunya disangkutkan ke atas pohon. Audrey kebingungan harus mengambil sepatunya, karena ia memakai rok , tidak mungkin kalau ia harus memanjat. Ia menangis terisak di bawah pohon itu, menelungkupkan wajahnya ke kedua lututnya.
“ Audrey, ini sepatumu. Sudah jangan menangis kau pakailah dulu sepatu ini!”, audrey tersadar oleh Galang. Galang menarik tangan Audrey dan membawanya ke kelas. Tak disangka ia memarahi semua teman kelasnya ia mengatakan kalau berteman tidak memandang asal - usul, yang penting mereka baik. Audrey berlari keluar kelas.
“ Audrey hei, kemana kau...Audrey!!”, Galang memanggi Audrey.Galang mencari – cari Audrey, ternyata ia sedang di ayunan belakang kelas, wajahnya terlihat murung.
“Kau jangan takut, bagiku kau seperti matahari, kau coba dekati mereka, mereka akan tau kalau kau orang baik. Senyumlah kau nona matahari. “Galang menasehati Audrey
“ apa kau bilang?? Nona matahari??,”Audrey tak mengerti.
Senyum tergambar di wajah Galang,”ya , kau tentu secerah itu Audrey”. Ia kemudian percaya diri untuk bergaul dengan teman – temannya di sekolah. Hari - hari mereka habiskan berdua, bermain dan bermain. Perasaan yang hinggap adalah rasa sayang dan saling membutuhkan. Cemburu ketika Galang bersama teman yang lain.
Begitulah yang ia ingat saat ini, ia harus kembali ke kanada ketika usia mereka menginjak 15 tahun. Sejak itulah mereka berpisah, namun tetap saling memberi kabar entah melalui surat dan email. Seorang pribumi yang mampu membawa masa kecil di negara asing menjadi sebuah cerita. Cintamasa muda ,hati telah hilang karena ia telah diberikan. Hati itu untuk pribumi.